Wisata Kota Malang

Peta Kabupaten Malang

Arsip Blog


Jual Beli Laptop Notebook Malang

Novelis-Novelis Muda Malang yang Berkibar di Kancah Nasional (1)

Sabtu, 08 Mei 2010

Novelis-Novelis Muda Malang yang Berkibar di Kancah Nasional (1). Garap Naskah Tiga Bulan, Nama Kakek Jadi Peruntungan

Berangkat dari kejuaraan menulis cerpen, Sulistyaningtyas menjajal peruntungan lewat menulis novel. Hasilnya, jebolan SMAN 2 Malang itu berhasil merampungkan satu novel berjudul Izinkan Aku Bersujud. Tak hanya terbit dalam Bahasa Indonesia, novel itu juga terbit di Malaysia dan menjadi best seller di sana.

Didik Harianto

Sulistyaningtyas. Mungkin publik Kota Malang tak banyak tahu siapa gadis berkerudung ini. Di kalangan para penulis muda-pun, nama Sulistyaningtyas tak masuk dideretan para novelis muda Malang. Dicari sedetil apapun, namanya tidak bakal ditemukan. Tapi lain lagi kalau yang dicari Tyas Effendi. Begitu klik di situs pencarian informasi internet, nama gadis bertahi lalat besar di antara dua alis matanya itu langsung muncul berikut karya novelnya yang berjudul Izinkan Aku Bersujud, sebuah prahara cinta di atas nestapa, Lebanon.

Masih dalam situs pencarian informasi, novel Izinkan Aku Bersujud tersebut sangat kental dengan nuansa konflik Lebanon-Israel di era 2006. Tapi bukan sadisnya peperangan yang dia suguhkan. Melainkan, kisah seorang perawat Indonesia yang menangani korban perang Lebanon dan terlibat kisah cinta dengan pasiennya, Fahiya. Dan menariknya, novel ini tak hanya terbit dalam bahasa Indonesia. Tapi, juga versi Malaysia. Jelas, isinya berbahasa Melayu. Karena penasaran dengan kiprah sang penulis, Jumat (7/5) lalu Radar membuat janji bertemu dengannya.

Meski namanya telah tenar di publik negeri jiran, Malaysia, tak susah menghubungi gadis yang memiliki kembaran bernama Sulistyaningrum itu. Kebetulan, pagi itu Tyas memiliki jadwal berkunjung ke Perpustakaan Umum dan Arsip Kota Malang. Mengenakan jilbab abu-abu dipadu kemeja lengan panjang bercorak bulatan hitam, Tyas langsung menyapa. "Ya... begini ini kalau saya tidak ada jadwal kerja. Biasa menghabiskan waktu di perpus dan membaca," ujar staf administrasi salah satu lembaga bimbingan bahasa Inggris di Kota Malang itu.

Disinggung tentang nama Tyas Effendi, gadis yang memutuskan untuk tidak kuliah sementara waktu itu menceritakan bahwa Tyas adalah nama panggilannya. Sedangkan Effendi diambil dari nama almarhum sang kakek. "Saya begitu kagum dengn kakek. Agar terus terkenang, nama beliau saya pakai sebagai nama pena," bebernya.

Saat itu, di tangannya tergenggam novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata versi bahasa Inggris berjudul The Rainbow Troops. Tyas mengaku, novel-novel Andrea inilah yang banyak memberi inspirasi tentang cara mendiskripsikan sesuatu. "Laskar Pelangi menjadi novel favorit saya. Banyak hal yang saya pelajari dari buku ini. Meski tak setenar Andrea, kami sama-sama dari satu penerbit," lanjut dia.

Sejurus kemudian, gadis lulusan SMA tahun 2009 itu mengeluarkan novel Izinkan Aku Bersujud dari dalam tas kremnya. Bukan versi Bahasa Indonesia yang dia bawa. Tapi, terbitan Malaysia. Di pojok kanan sampul buku itu terdapat tulisan The SMEs Best Brand 2009, the Brand Laureute in The Asia Pasific yang dikemas dalam frame berwarna tinta emas. "Itu adalah tanda bagi penerbit pilihan di Malaysia," kata perempuan yang tinggal di jalan Ki Ageng Gribig 55 Kedungkandang, tersebut.

Tyas mengatakan sangat bangga dengan terbitnya novel pertama di Malaysia itu. Apalagi sejak awal dia tidak pernah berangan-angan bahwa novelnya dilirik penerbit Malaysia. Diterbitkan dalam bahasa Indonesia oleh penerbit Mizan-pun menjadi hadiah luar biasa baginya. "Sejak kecil saya tidak pernah punya cita-cita jadi penulis. Tapi jadi perawat. Tertarik dengan tulis menulis baru muncul ketika saya kelas satu SMA. Itupun hanya membuat cerpen," urai dia.

Dari keisengan membuat cerpen itulah, gadis kelahiran 10 Juli 1990 lalu mendapat kesempatan mengikuti lomba penulisan cerpen. Itupun, hanya tingkat pelajar di Kota Malang. "Saya pernah menang dua kali di UM. Tahun 2008 dan 2009. Dari sanalah keinginan menulis dan menghasilkan karya begitu besar di hati saya," akunya.

Bahkan, proses kreatif pembuatan Novel Izinkan Aku Bersujud itu mampu dirampungkan hanya dalam waktu tiga bulan di tahun 2008. "Desember 2008 saya kirim ke Mizan. Itupun lama tidak ada kabar," tandasnya.

Karena penasaran, pada Januari 2009 dia mengirim ulang novelnya. Dan pada Februari 2010 Tyas mendapat telepon agar mengirim soft copynya karyanya. Tak disangka, novel perdananya mulai masuk proses editing dan Juni 2009 novel itu terbit di Indonesia. "Mizan lantas mengirimkan naskah saya ke Malaysia bersama delapan novelis lain. Alhamdulillah lolos dan diterbitkan di sana," ujarnya dengan mata berbinar.

Di Malaysia, novelnya diterbitkan oleh Pelangi Novel Sdn Bhd. Dalam verci Melayu, Izinkan Aku Bersujud itu dicetak dengan setebal 245 halaman. Sementara, versi Indonesia hanya 215 halaman. Di Malaysia, novel ini terbit awal April lalu. Sejak itu, tiap tiga bulan sekali dia menerima rolayti atas penjualan novelnya. Besarannya 8 persen dari harga jual novel. "Dapat royalti jelas senang. Tapi saya lebih senang karena memiliki banyak teman," kata dia.

Teman-teman barunya itu ada yang melayangkan surat lewat email, masuk lewat jejaring pertemanan facebook, sampai berkirim surat ke rumah.

Kendati mulai terkenal, putri kedua dari empat bersaudara pasangan Songgo Bekti dan Juma'ati ini mengaku tidak akan pernah berubah. Sebaliknya, dengan terkenalnya nama pena-nya di negeri jiran, Malaysia, Tyas makin terlecut melahirkan karya-karya selanjutnya. Saat ini bahkan dirinya tengah menunggu proses kelahiran novel keduanya yang berjudul Roman untuk Tuhan. Novel setebal 182 halaman tersebut telah ia kirimkan pada Desember 2009 dan saat ini masuk tahap editing dari penerbit yang sama seperti novel pertamanya, Mizan.

Jika Izinkan Aku Bersujud mengambil latar perang Lebanon, Roman untuk Tuhan ini mengambil setting peperangan di Bosnia Herzegovina. Kali ini berkisah tentang kisah sedih anak-anak korban perang di sana. Sayangnya, saat novel tersebut akan diterbitkan, kakak si korban tidak ingin kisah adiknya dipublikasikan. Bagaimana kisah akhirnya. "Tunggu saja novel saya terbit," kata Tyas sambil tersenyum. (*/nen)(jawapos.co.id

Tulisan Terkait Lainnya



0 komentar:

Posting Komentar