Wisata Kota Malang

Peta Kabupaten Malang

Arsip Blog


Jual Beli Laptop Notebook Malang

Senopati Priyadi, Pelukis Kain Perca Yang Kian Langka

Senin, 14 Desember 2009

Senopati Priyadi, Pelukis Kain Perca Yang Kian Langka . Usai Pensiun Punguti Potongan Kain di Tukang Jahit

Tak banyak seniman seni rupa di Malang yang memilih jalur pelukis mozaik, terutama menggunakan kain perca seperti Priyadi. Di hari tuanya, guru seni rupa istri Wapres Boediono ini masih tekun menempelkan satu demi satu potongan kain membentuk sebuah lukisan.

Yosi Arbianto

Empat puluh tahun lalu, Priyadi tak sadar bahwa dia punya bakat seni. Saat pindah mengajar dari SMPN 1 Blitar ke SMP Srengat lalu ke SMPN 4 Blitar, dia mendapatkan tugas mengajar seni rupa. Mata pelajaran yang tidak sesuai dengan keilmuannya, bahasa Indonesia. "Saat itu di SMPN 1 Blitar ada 16 orang guru bahasa Indonesia. Yang dibutuhkan hanya enam. Jadi saya dipindah dan diminta mengajar seni rupa," kata Priyadi memulai ceritanya.

Dengan rasa terpaksa dan kecewa, Priyadi belajar seni rupa secara otodidak. Seiiring berjalannya waktu, bapak 78 tahun ini pun menyukai tugas barunya itu, mengajar seni rupa. Dia merasa senang dan menikmati. "Saya jadi senang melukis dan membuat kerajinan tangan. Ternyata saya bisa," kata lulusan PGSLP (Pendidikan Guru Sekolah Lanjutan Pertama) di Kediri ini.

Meski sudah menggeluti seni semenjak menjadi PNS guru, Priyadi baru menekuni pembuatan lukisan kain perca (potongan kain yang dibuang) saat memasuki masa pensiun. Saat itu dia memandang pelukis kain perca sangat jarang, karena butuh ketelatenan tersendiri.

Dia pensiun pada 1988 silam setelah lebih dari empat puluh tahun mengabdi menjadi guru. "Meski pensiun, harus tetap aktif bergerak supaya tidak cepat sakit. Satu-satunya cara ya membuat karya seni. Saya mengidap diabetes semenjak 35 tahun lalu," kata pemilik Galeri 292 ini.

Menghuni sebuah rumah di Jalan Raya Jatikerto 292 Kromengan, Priyadi yang baru pensiun mulai berkeliling ke beberapa penjahit pakaian di sekitar rumahnya. Dia memunguti potongan kain yang dibuang oleh penjahit. Dalam pikirannya saat itu, dia ingin membuat sebuah lukisan kuda dan burung kutilang dari kain perca.

"Saat menjadi guru, saya sering mengajari siswa membuat lukisan mozaik dari kertas. Lukisan mozaik itu lukisan yang terbentuk dari tempelan-tempelan. Hasilnya bagus. Makanya saat pensiun ingin menggeluti mozaik menggunakan bahan kain perca," ungkap bapak berputra empat ini.

Di atas kanvas yang telah di-sket menggunakan pensil, satu demi satu potongan kain ditempelkan menggunakan kuas dan lem. Warna potongan kain disesuaikan dengan warna yang akan dibentuk. Demikian pula dengan bentuk potongan kain, disesuaikan dengan bentuk yang akan digambar. Namun untuk membuat warnanya memantul, potongan kain dipotong dengan bentuk tak teratur.

Dua lukisan pertamanya ternyata ditawar orang dan laku dijual. Saat itu, harga satu lukisan mencapai Rp 50 ribu. Menurut Priyanto, harga Rp 50 ribu di tahun 1988 adalah harga yang tidak murah. "Eh..ternyata laku. Makanya saya jadi termotivasi bikin terus," kata Priyadi.

Sejak saat itu, Priyadi rajin menyambangi penjahit untuk mengumpulkan kain perca. Segala potongan kain diambil. Mulai dari kain kaus, kain katun, kain kebaya hingga potongan kain seragam. Saking seringnya datang, pemilik tailor pun mengabari rekan-rekannya untuk memberikan potongan kain kepada Priyadi.

Jadilah rumah Priyadi kebanjiran kain perca karena mendapatkan kiriman dari penjahit se-Kepanjen. "Sekarang sudah saya stop. Banyak sekali. Sudah setahun ini tidak pernah mencari kain. Stok masih banyak," kata seniman yang hanya ikut pameran skala lokal semenjak 1993 ini.

Hingga kini, Priyadi sudah membuat lebih kurang 100 buah lukisan kain perca. Sebanyak 90 persennya telah terjual. Harga yang dia patok berkisar antara Rp 400 ribu hingga Rp 2,5 juta per buah. Tergantung dari kerumitan dan ukuran kanvasnya. Beberapa lukisannya menjadi koleksi penggemar seni di Jakarta, Bali, dan Probolinggo. Gerai makanan cepat saji Mc Donald di Sunter, Jakarta, pernah membeli lukisan kain perca buatannya.

Selain dijual, satu karyanya berjudul Kresna dihadiahkan kepada Herawati, isteri Wakil Presiden Boediono. Lukisan bergambar tokoh wayang yang bijaksana itu dihadiahkan saat Herawati berkunjung ke rumahnya, pertengahan November 2009 lalu. Kebetulan, Priyadi adalah salah seorang guru seni rupa Herawati saat di SMPN 1 Blitar. "Lukisan itu saya buat tiga bulan sebelum dia datang ke sini," kata Priyadi.

Berbicara soal penerus, Priyadi mengatakan hanya anaknya nomor dua, Mandireng Pribadi, yang menggeluti seni rupa. Mandireng kini tinggal di Tulungagung dan tengah menggeluti paper tools (mainan anak dari kertas). "Begini ini harus telaten. Mungkin dalam satu lukisan, ada ribuan potongan kain yang harus ditempel. Awal tahun rencananya ada pameran di Balai Desa Jatikerto," katanya. (*/ziz) (jawapos.co.id )

Tulisan Terkait Lainnya



0 komentar:

Posting Komentar